Selasa, 03 November 2015

Bunglon berdasarkan perspektif Islam



BAB I
PENDAHULUAN
A.    Latar Belakang
Bunglon merupakan hewan yang eksotis  dari kelas reptil (kadal) yang biasa hidup dipohon. Bentuk rupanya sangat mirip dengan kerabatnya yaitu iguana. Bunglon juga merupakan salah satu reptil yang paling terkenal terutama di daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar, hewan ini dapat ditemukan di beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia tetapi ada lebih dari 120 spesies yang termasuk dalam keluarga bunglon dan  yang paling umum bunglon (Chameleon) ditemukan di wilayah Mediterania.
Orang awam hanya mengetahui bahwa bunglon sebagai kadal yang pandai merubah warna kulit dan pemanjat handal, padahal bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes, Aphaniotis dan juga saudara dekatnya yakni cicak terbang (Draco) serta Soa-Soa (Hydrosaurus).
Bunglon merupakan reptil yang termasuk dalam suku Agamidae. Banyak orang yang mengartikan bahwa bunglon mengubah warna kulitnya sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh dan bahaya. Padahal, sesungguhnya tidaklah demikian. Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan hanya ke warna-warna tertentu saja.
B.     Rumusan Masalah
1.      Bagaimanakah karakteristik Bunglon?
2.      Bagaimana struktur morfologi dari Bunglon?
3.      Bagaimana struktur anatomi dari Bunglon?
4.      Bagaimana keistimewaan Bunglon?
5.      Bagaimana  Bunglon dalam perspektif islam?
C.    Tujuan
1.      Menjelaskan karakteristik Bunglon
2.      Menjelaskan struktur morfologi & anatomi Bunglon
3.      Menjelaskan keistimewaan yang ada pada Bunglon
4.      Menjelaskan Bunglon dilihat dari perspektif Islam

BAB II
PEMBAHASAN
A.    Karakteristik Bunglon
Bunglon merupakan salah satu hewan reptile yang eksotis dan terkenal, tampilannya mirip dengan sejenis kadal kecil yang biasa hidup dipohon. Bentuknya seperti dengan kerabatnya yaitu kadal iguana. Bunglon termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae yang meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain. Hewan ini mampu mengubah-ubah warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon (suku Chamaeleonidae). Biasanya perubahan warna terjadi dari warna-warna cerah (hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan atau kehitaman.
Bunglon juga merupakan salah satu reptil yang paling terkenal terutama di daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar, ditemukan di beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia tetapi ada lebih dari 120 spesies yang termasuk dalam keluarga bunglon dan  yang paling umum bunglon (Chameleon) ditemukan di wilayah Mediterania. Berikut Klasifikasi dari Bunglon Surai :
Klasifikasi Ilmiah
Kerajaan : Animalia
Filum : Chordata
Kelas : Reptilia
Ordo : Sauria
Famili : Agamidae
Genus : Bronchocela
Spesies : Bronchocela  jubata

B.     Morfologi
            Bunglon surai ini termasuk bunglon kebun yang berukuran sedang, memiliki rekor panjang menjuntai dan bentuknya agak pipih. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya adalah ekor yang digunakan untuk berpegangan didahan. Kaki belakang mempunyai dua jari sebelah dalam dan tiga jari sebelah luar. Kaki depan memiliki susunan jari-jari sebaliknya.
Gerigi di tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai ("jubata" artinya bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya Bronchocela. cristatella (crista: jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang meruncing namun lunak serupa kulit. Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur, tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah. Kedua matanya dapat melihat ke dua arah yang berbeda ke segala arah, dan sisik-sisik bunglon surai keras, kasar, berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisik-sisik jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit. Bunglon ini juga  memiliki lidahnya berguna untuk menagkap mangsa, yang bisa dijulurkan lebih panjang dari tubuhnya. Bunglon menembak mangsanya dengan lidahnya hanya dalam waktu 0,07 detik, hewan ini memakan  berbagai macam serangga yang dijumpainya.
Dorsal (sisi atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan serupa karat terdapat di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak serupa itu, yang seringkali menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan di sisi lateral bagian depan, semakin ke belakang semakin kabur warnanya.
Sisi ventral (sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan belang-belang keputihan di ujungnya.




C.     Anatomi
Beberapa sistem yang terjadi pada Bunglon (reptile) yaitu sebagai berikut :
1.      Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan dibedakan antara tractus digestivus dan glandula digestoria.
a.       Tractus Digesntivum
Terdiri dari: cavum oris, pharynx, esophagus, vetriculus, intestinum tenve, cecum, intestinum crassum dan cloaca.
b.      Glandula digestaria
Terdiri dari hepar dan pancreas.
2.      Sistem Respirasi
   Umumnya reptilia mempunyai trachea yang panjang dimana dindingnya dilengkapi  oleh sejumlah cincin cartilago. Larinx terletak di ujung anterior trachea. Dinding larynx ini dilengkapi oleh cartilago cricoida dan cartilago anytenoidea.
3.      Sistem Ekskresi
Sistem ekskresi pada reptil berupa ginjal, paru- paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme. Reptil yang hidup di darat sisa hasil metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah padat berwarna putih.
4.      Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada bunglon terdiri dari dua atria, yaitu atrium dextrum dan sinistrum. Dua ventriculus yaitu ventriculus dexter serta ventriculus sinister, dan sinus venosus.
5.      Sistem Saraf
Bunglon memiliki otak dengan dua lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum, dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat juga 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke somit-somit (ruas primer) tubuh.

Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf pusat terdiri atas :
·         Otak (ensefelon)
Otak mempunyai lima bagian utama, yaitu:
-          Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan sensorik.
-          Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal) otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
-          Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
-          Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar dan sumsum tulang belakang.
 -          Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah, volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain.
-          Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah dari otak merupakan saluran desenden.
Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
·      Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial), yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang, yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
 Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
-          Tiga pasang saraf sensori
-          Lima pasang saraf motor
-          Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor
·      Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek, sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).
6.      Sistem Reproduksi
          Umumnya bunglon berkembang biak dengan bertelur (ovivar), tetapi ada juga spesies bunglon yang bertelur dalam perut dan membesarkan anaknya di dalam perut sebelum dilahirkan (ovovivivar).  Spesies bunglon yang bertelur memiliki telur setelah 3-6 minggu setelah kawin. Bunglon betina akan turun ke tanah dan mulai menggali lubang antara 10-30 cm tergantung spesies bunglon. Bunglon betina akan masuk ke dalam liang tersebut untuk bertelur.
         Spesies bunglon Brookesia bertelur 2-4 butir, Sedangkan spesies bunglon berkudung (Chamaeleo calyptratus) memiliki 80-100 telur. Ukuran telur dan bayi bunglon yang baru menetas bervariasi tergantung spesies. Biasanya telur akan menetas setelah 4-12 bulan bergantung spesiesnya. Spesies bunglon yang bertelur beranak (ovovivivar) seperti bunglon Jackson (Trioceros jacksonii) memiliki masa kehamilan 5-7 bulan. Masing-masing anak akan lahir dalam membran lengket yang merupakan kantong kuning telur. Induknya akan menempelkan telur tersebut pada ranting dimana membran akan pecah dan bayi bunglon bisa keluar. Spesies bunglon ini bisa memiliki 30 ekor anak sekaligus sekali kehamilan.
7.      Sistem Integument
     Sistem integument pada Bunglon umumnya tidak mengandung kelenjar keringat. Integument adalah jaringan penutup permukaan, seperti kulit dan mukosa. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.














Berikut ini gambaran dari organ-organ tubuh dan organ pertulangan yang ada pada tubuh Bunglon :
Anantomi










D.    Habitat dan Keistimewaan
Bunglon kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju pohon terdekat. Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.
       Hewan kecil ini terkenal karena kemampuannya mengubah warna kulit untuk meniru lingkungan sekitarnya. Warna kulit bunglon biasanya hijau, kuning atau coklat. Bunglon dapat mengubah warna kulitnya. Bunglon biasanya mengubah warna kulitnya saat terkena rangsangan seperti cahaya, temperatur dan emosi. Misalnya saat marah bunglon cenderung mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap. Kemampuan mengubah warna kulit dimanfaatkan bunglon untuk mencari mangsa dan melindungi diri dari predator (pemangsa) dengan cara meniru warna lingkungan di sekitarnya. Penyebab Bunglon merubah warna kulit, yaitu :
1.      Sinar Matahari
Ketika chameleon coklat ingin berjemur di bawah sinar matahari, maka si chameleon akan mengubah warna kulitnya menjadi hijau untuk memaksimalkan refleksi sinar matahari yang didapat.
2.      Suhu
Ketika suhu dingin, kulit chameleon akan berubah berwarna lebih gelap untuk  memaksimalkan penyerapan panas.
3.      Mood
Chameleon jantan yang 'ditantang' chameleon lain bisa berubah warna menjadi merah   kekuningan. Atau ketika si chameleon 'fall in love', bisa juga warnanya berubah untuk menarik perhatian, misalnya ungu, biru dan kemerahan. Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan hanya ke warna-warna tertentu saja.




Bunglon memiliki lidah balistik bunglon diperkuat oleh seutas otot pemercepat (akselerator).  Otot ini memanjang ketika menekan ke bawah pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang membungkusnya.  Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang telah disetujui untuk diterbitkan oleh majalah ilmiah Proceedings of the Royal Society of London (Series B), dua ahli morfologi yang memelajari kebiasaan makan bunglon menemukan unsur-unsur lain yang terkait dengan gerakan cepat lidah binatang ini.
Kedua peneliti Belanda ini, Jurriaan de Groot dari Universitas Leiden, dan Johan van Leeuwen dari Universitas Wageningen, mengambil film-film sinar X berkecepatan tinggi, yakni 500 bingkai per detik, dalam rangka menyelidiki bagaimana lidah bunglon bekerja ketika menangkap mangsa.  Film-film ini menunjukkan bahwa ujung lidah bunglon mengalami percepatan 50 g (g = konstanta gravitasi).  Percepatan ini lima kali lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet tempur.
Para peneliti ini membedah jaringan lidah dan menemukan bahwa otot pemercepat sama sekali tidak cukup kuat untuk menghasilkan gaya yang diperlukan ini sendirian.  Dengan meneliti lidah bunglon, mereka menemukan keberadaan sedikitnya 10 bungkus licin, yang hingga saat itu belum diketahui, di antara otot pemercepat dan tulang lidah.  Bungkus-bungkus ini, yang melekat ke tulang lidah di ujungnya yang terdekat dengan mulut, teramati mengandung serat-serat protein berajutan spiral.  Serat-serat ini memadat dan berubah bentuk ketika otot pemercepat mengerut dan menyimpan tenaga bagaikan seutas pita karet yang tertekan.  Ketika mencapai ujung bulat tulang lidah, bungkus-bungkus yang ketat dan memanjang ini secara bersamaan menggelincir dan mengerut dengan kekuatan dan melontarkan lidah.  Secepat serat-serat ini menggelincir dari tulang lidah, bungkus-bungkus saling memisahkan diri bagaikan tabung-tabung sebuah teleskop, dan karena itu lidah mencapai jangkauan terjauhnya.  Van Leeuwen berkata, “ini adalah ketapel teleskopis”. Ketapel ini memiliki ciri lain yang amat menyolok.  Ujung lidah mengambil bentuk hampa pada saat menghantam mangsa.  Ketika terlontar, lidah ini dapat menjulur sejauh enam kali panjangnya ketika istirahat di dalam mulut, dan dua kali panjang tubuhnya sendiri.

E.     Bunglon dalam perspektif Islam
Hewan-hewan yang ada dimuka bumi ini diciptakan oleh Allah SWT, dari air, seperti yang dijelaskan didalam al-qur’an QS. An Nuur : 45
            “Dan Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan itu ada yang berjalan di atas perutnya (reptil) dan sebagian berjalan dengan dua kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Bunglon merupakan hewan yang haram untuk dimakan karena memiliki kuku yang cukup runcing serta gigi-gigi yang berbentuk taring. HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 2111) menjelaskan bahwa :
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu ‘anhumaa, Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang dari setiap hewan buas yang bertaring dan dari setiap burung yang bercakar (yakni untuk dimakan) (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 2111).
Dikeluarkan oleh Imam Al Bukhari dalam Kitab Khabarul Ahad, Bab Khobarul Mar’ah Waahidah,
“Abdullah Bin Umar Radhiyallahu ‘anhuma berkata: “Orang-orang dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang di antara mereka terdapat Sa’ad makan daging. Kemudian salah seorang isteri Nabi Shallallahu’alaihi wasallam memanggil mereka seraya berkata, ‘Itu daging Biawak, bunglon, buaya (hewan reptile)’. Mereka pun berhenti makan. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi wasallam bersabda: Makanlah, karena daging itu halal atau beliau bersabda: “tidak mengapa dimakan, akan tetapi daging hewan itu bukanlah makananku“.
Hadits diatas merupakan salah satu hadits yang menerangkan tentang kehalalan hewan dhab (hewan gurun pasir) sehingga tidak ada keraguan lagi pada diri kita akan kehalalannya. Namun, yang menjadi masalah adalah banyak sebagian dari kita yang menterjemahkan dhab dengan biawak, buaya ataupun bunglon sehingga konsekwensinya mereka menghalalkan pula memakan hewan-hewan tersebut.
Untuk membedakan antara dhab dan hewan reptile lainnya. Berikut karakteristik hewan dhab menurut para ulama:
1.      Bentuk tubuhnya
-          Bentuk tubuh dhab hampir mirip dengan biawak, bunglon dan tokek.
-          Ukuran tubuhnya lebih kecil dari biawak dan agak lebih besar dari bunglon.
-          Dhab itu berekor kasar (mirip duri duren), kesat dan bersisik seperti bunglon. Ekornyapun tidak terlalu panjang.
-           Dhab jantan memiliki dua dzakar dan dhab betina memiliki dua vagina.
2.       Warnanya
warna tubuhnya mirip dengan warna tanah, berdebu kehitam-hitaman (apabila telah gemuk maka dadanya menjadi berwarna kuning).
3.       Makanannya
-          Rerumputan
-          Jenis-jenis belalang
-          Dhab tidak memangsa dan memakan hewan lain (selain belalang), bahkan Ibnu Mandzur mengatakan bahwa dhab tidak mau memakan kutu.

4.      Tempat Hidupnya
Dhab hanya tinggal digurun pasir. Mereka tidak bisa tinggal dirawa-rawa ataupun dipohon
5.      Sifatnya
-          Sebagaimana dijelaskan diatas bahwa dhobb tidak memangsa hewan lain kecuali hanya jenis-jenis belalang, maka kami katakan dhab bukanlah hewan buas dan tidak pula membahayakan, berbeda sekali dengan biawak yang sudah kita kenal.
-          Dhab tidak suka dengan air, berbeda sekali dengan biawak yang jago berenang dan menyelam dalam mencari mangsa sehingga terkenal menjadi musuh para petani ikan.
-          Dikatakan pula bahwa dhab tidak meminum air secara langsung. Dhab hanya meminum embun dan air yang terdapat di udara yang dingin. Apabila Orang Arab menggambarkan keengganannya dalam melakukan seseuatu maka mereka berkata: “Aku tidak akan melakukannya sampai dhab mendatangi air”.
-          Dhab tidak pernah keluar dari lubangnya selama musim dingin.
6.      Bangsa Arab memandang dhab
Orang arab suka memburu dhab dan menyantapnya sebagai makanan namun  mereka merasa jijik terhadap biawak, buaya dan bunglon dan menggolongkannya ke dalam hewan yang menjijikan.
 
Dari beberapa ciri hewan dhab sebagaimana yang disebutkan diatas, memang ada kemiripan bentuk tubuh antara dhab dengan biawak, buaya, dan bunglon namun pada banyak hal terdapat banyak sekali perbedaan antara hewan-hewan reptile tersebut. Bunglon Berbeda dengan dhabb yang telah datang dalil tentang kehalalan dagingnya, bunglon justru memiliki hukum kebalikan dari dhabb, yakni daging bunglon tidak halal untuk dikonsumsi. Karena bunglon tergolong kepada binatang yang berkuku dan bertaring maka bunglon tercakup masuk kepada larangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.

  
BAB III
Kesimpulan
            Bunglon merupakan hewan reptile yang eksotis dan terkenal yang biasa hidup diatas pohon, hewan ini memiliki nama ilmiah Bronchocela  jubata hewan ini memiliki kemampuan untuk  mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran demikian disebut mimikri. Hal ini berbeda dengan "kamuflase", yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai makhluk hidup lain. Namun sayang hewan ini tidak bisa untuk kita konsumsi karena diharamkan dalam pandangan perspektif islam. Alasan diharamkannya hewan ini karena hewan ini termasuk hewan melata, dan hampir semua hewan melata diharamkan. Bunglon Berbeda dengan dhabb (Bianatang gurun pasir) yang telah datang dalil tentang kehalalan dagingnya, sedangkan bunglon justru memiliki hukum kebalikan dari dhabb, yakni daging bunglon tidak halal untuk dikonsumsi. Karena bunglon tergolong kepada binatang yang berkuku dan bertaring maka bunglon tercakup masuk kepada larangan Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.









DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surah, An Nuur : 45
Brotowidjoyo, Djarubito Mukayat.1994. ZoologiI Dasar.Bandung: Erlangga.
Kurniati. Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung : UIN SGD

Tidak ada komentar:

Posting Komentar