BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bunglon merupakan hewan yang
eksotis dari kelas reptil (kadal) yang
biasa hidup dipohon. Bentuk rupanya sangat mirip dengan kerabatnya yaitu
iguana. Bunglon juga merupakan salah satu reptil yang paling terkenal terutama di
daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar, hewan ini dapat ditemukan di
beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia tetapi ada lebih dari 120 spesies
yang termasuk dalam keluarga bunglon dan
yang paling umum bunglon (Chameleon) ditemukan di wilayah Mediterania.
Orang awam hanya mengetahui bahwa
bunglon sebagai kadal yang pandai merubah warna kulit dan pemanjat handal,
padahal bunglon meliputi beberapa marga, seperti Bronchocela, Calotes,
Gonocephalus, Pseudocalotes, Aphaniotis dan juga saudara dekatnya yakni cicak
terbang (Draco) serta Soa-Soa (Hydrosaurus).
Bunglon merupakan reptil yang termasuk
dalam suku Agamidae. Banyak orang yang mengartikan bahwa bunglon mengubah warna
kulitnya sebagai kamuflase atau respon terhadap musuh dan bahaya. Padahal, sesungguhnya
tidaklah demikian. Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna
kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan
hanya ke warna-warna tertentu saja.
B.
Rumusan
Masalah
1. Bagaimanakah karakteristik Bunglon?
2. Bagaimana
struktur morfologi dari Bunglon?
3. Bagaimana
struktur anatomi dari Bunglon?
4. Bagaimana
keistimewaan Bunglon?
5. Bagaimana Bunglon dalam perspektif islam?
C.
Tujuan
1. Menjelaskan
karakteristik Bunglon
2. Menjelaskan
struktur morfologi & anatomi Bunglon
3. Menjelaskan
keistimewaan yang ada pada Bunglon
4. Menjelaskan
Bunglon dilihat dari perspektif Islam
BAB II
PEMBAHASAN
A. Karakteristik
Bunglon
Bunglon merupakan salah satu hewan reptile yang
eksotis dan terkenal, tampilannya mirip dengan sejenis kadal kecil yang biasa
hidup dipohon. Bentuknya seperti dengan kerabatnya yaitu kadal iguana. Bunglon termasuk ke dalam suku (familia) Agamidae
yang meliputi beberapa
marga, seperti Bronchocela, Calotes, Gonocephalus, Pseudocalotes dan lain-lain. Hewan ini mampu
mengubah-ubah warna kulitnya, meskipun tidak sehebat perubahan warna chamaeleon
(suku Chamaeleonidae). Biasanya perubahan warna terjadi dari warna-warna cerah
(hijau, kuning, atau abu-abu terang) menjadi warna yang lebih gelap, kecoklatan
atau kehitaman.
Bunglon juga merupakan salah satu reptil yang paling
terkenal terutama di daerah penduduk asli benua Afrika dan Madagaskar,
ditemukan di beberapa tempat lainnya di Eropa dan Asia tetapi ada lebih dari
120 spesies yang termasuk dalam keluarga bunglon dan yang paling umum bunglon (Chameleon)
ditemukan di wilayah Mediterania. Berikut Klasifikasi dari Bunglon Surai :
Klasifikasi Ilmiah
|
Filum
: Chordata
Kelas
: Reptilia
Ordo
: Sauria
Famili
: Agamidae
Genus
: Bronchocela
Spesies
: Bronchocela jubata
B. Morfologi
Bunglon surai ini termasuk bunglon kebun yang
berukuran sedang, memiliki
rekor panjang
menjuntai dan
bentuknya agak pipih. Panjang total hingga 550 mm, dan empat-perlimanya
adalah ekor yang
digunakan untuk berpegangan didahan. Kaki belakang mempunyai dua jari sebelah dalam dan tiga
jari sebelah luar. Kaki depan memiliki susunan jari-jari sebaliknya.
Gerigi di
tengkuk dan punggungnya lebih menyerupai surai ("jubata" artinya
bersurai) daripada bentuk mahkota, tidak seperti kerabat dekatnya Bronchocela. cristatella (crista:
jambul, mahkota). Gerigi ini terdiri dari banyak sisik yang pipih panjang
meruncing namun lunak serupa kulit. Kepalanya bersegi-segi dan bersudut. Dagu dengan kantung
lebar, bertulang lunak. Mata dikelilingi pelupuk yang cukup lebar, lentur,
tersusun dari sisik-sisik berupa bintik-bintik halus yang indah. Kedua matanya dapat melihat ke dua arah yang berbeda ke
segala arah, dan sisik-sisik bunglon surai keras, kasar,
berlunas kuat; ekornya terasa bersegi-segi. Perkecualiannya adalah sisik-sisik
jambul, yang tidak berlunas dan agak lunak serupa kulit. Bunglon ini juga memiliki lidahnya berguna untuk menagkap
mangsa, yang bisa dijulurkan lebih panjang dari tubuhnya. Bunglon menembak
mangsanya dengan lidahnya hanya dalam waktu 0,07 detik, hewan ini memakan berbagai macam serangga yang dijumpainya.
Dorsal (sisi
atas tubuh) berwarna hijau muda sampai hijau tua, yang bisa berubah menjadi
coklat sampai kehitaman bila merasa terganggu. Sebuah bercak coklat kemerahan
serupa karat terdapat di belakang mulut di bawah timpanum. Deretan bercak
serupa itu, yang seringkali menyatu menjadi coretan-coretan, terdapat di bahu dan
di sisi lateral bagian depan, semakin ke
belakang semakin kabur warnanya.
Sisi ventral
(sisi bawah tubuh) kekuningan sampai keputihan di dagu, leher, perut dan sisi
bawah kaki. Telapak tangan dan kaki coklat kekuningan. Ekor di pangkal berwarna
hijau belang-belang kebiruan, ke belakang makin kecoklatan kusam dengan
belang-belang keputihan di ujungnya.
C.
Anatomi
Beberapa sistem yang terjadi pada
Bunglon (reptile) yaitu sebagai berikut :
1. Sistem pencernaan
Pada sistem pencernaan dibedakan
antara tractus digestivus dan glandula digestoria.
a. Tractus
Digesntivum
Terdiri dari: cavum oris, pharynx,
esophagus, vetriculus, intestinum tenve, cecum, intestinum crassum dan cloaca.
b. Glandula
digestaria
Terdiri dari hepar dan pancreas.
2. Sistem
Respirasi
Umumnya reptilia mempunyai trachea yang
panjang dimana dindingnya dilengkapi oleh
sejumlah cincin cartilago. Larinx terletak di ujung anterior trachea. Dinding
larynx ini dilengkapi oleh cartilago cricoida dan cartilago anytenoidea.
3. Sistem
Ekskresi
Sistem ekskresi pada reptil berupa
ginjal, paru- paru,kulit dan kloaka. Kloaka merupakan satu-satunya lubang untuk
mengeluarkan zat-zat hasil metabolisme. Reptil yang hidup di darat sisa hasil
metabolismenya berupa asam urat yang dikeluarkan dalam bentuk bahan setengah
padat berwarna putih.
4. Sistem Peredaran Darah
Sistem peredaran darah pada bunglon
terdiri dari dua atria, yaitu atrium dextrum dan sinistrum. Dua ventriculus
yaitu ventriculus dexter serta ventriculus sinister, dan sinus venosus.
5. Sistem
Saraf
Bunglon memiliki otak dengan dua
lobus olfaktorius yang panjang, hemisfer serebral, 2 lobus optikus, serebellum,
dan medulla oblongata yang melanjut ke korda saraf. Di bawah hemisfer serebral
terdapat traktus optikus dan syaraf optikus, infundibulum, dan hipofisis. Terdapat
juga 12 pasang syaraf kranial. Pasangan-pasangan syaraf spinal menuju ke
somit-somit (ruas primer) tubuh.
Sistem saraf pada reptil terdiri dari sistem saraf pusat dan
sistem saraf tepi. Sistem saraf pusat meliputi otak dan sumsum tulang belakang.
Sistem saraf pusat terdiri atas :
·
Otak (ensefelon)
Otak mempunyai lima bagian utama,
yaitu:
-
Otak besar (serebrum)
Otak besar merupakan sumber dari
semua kegiatan/gerakan sadar atau sesuai dengan kehendak, walaupun ada juga
beberapa gerakan refleks otak. Pada bagian korteks serebrum yang berwarna
kelabu terdapat bagian penerima rangsang (area sensor) yang terletak di sebelah
belakang area motor yang berfungsi mengatur gerakan sadar atau merespon
rangsangan. Selain itu terdapat area asosiasi yang menghubungkan area motor dan
sensorik.
-
Otak tengah (mesensefalon)
Otak tengah terletak di depan otak
kecil dan jembatan varol. Di depan otak tengah terdapat talamus dan kelenjar
hipofisis yang mengatur kerja kelenjar-kelenjar endokrin. Bagian atas (dorsal)
otak tengah merupakan lobus optikus yang mengatur refleks mata seperti
penyempitan pupil mata, dan juga merupakan pusat pendengaran.
-
Otak kecil (serebelum)
Serebelum mempunyai fungsi utama
dalam koordinasi gerakan otot yang terjadi secara sadar, keseimbangan, dan
posisi tubuh. Bila ada rangsangan yang merugikan atau berbahaya maka gerakan
sadar yang normal tidak mungkin dilaksanakan.
-
Jembatan varol (pons varoli)
Jembatan varol berisi serabut saraf
yang menghubungkan otak kecil bagian kiri dan kanan, juga menghubungkan otak besar
dan sumsum tulang belakang.
-
Sumsum sambung (medulla oblongata)
Sumsum sambung berfungsi menghantar
impuls yang datang dari medula spinalis menuju ke otak. Sumsum sambung juga
mempengaruhi jembatan, refleks fisiologi seperti detak jantung, tekanan darah,
volume dan kecepatan respirasi, gerak alat pencernaan, dan sekresi kelenjar
pencernaan. Selain itu, sumsum sambung juga mengatur gerak refleks yang lain.
-
Sumsum tulang belakang (medulla spinalis)
Pada penampang melintang sumsum
tulang belakang ada bagian seperti sayap yang terbagi atas sayap atas disebut tanduk dorsal dan sayap bawah disebut tanduk ventral. Impuls sensori dari
reseptor dihantar masuk ke sumsum tulang belakang melalui tanduk dorsal dan
impuls motor keluar dari sumsum tulang belakang melalui tanduk ventral menuju
efektor. Pada tanduk dorsal terdapat badan sel saraf penghubung (asosiasi
konektor) yang akan menerima impuls dari sel saraf sensori dan akan menghantarkannya
ke saraf motor. Pada bagian putih terdapat serabut saraf asosiasi. Kumpulan
serabut saraf membentuk saraf (urat saraf). Urat saraf yang membawa impuls ke
otak merupakan saluran asenden dan yang membawa impuls yang berupa perintah
dari otak merupakan saluran desenden.
Sistem saraf tepi
Sistem saraf tepi terdiri dari
sistem saraf sadar dan sistem saraf tak sadar (sistem saraf otonom). Sistem
saraf sadar mengontrol aktivitas yang kerjanya diatur oleh otak, sedangkan
saraf otonom mengontrol aktivitas yang tidak dapat diatur otak antara lain
denyut jantung, gerak saluran pencernaan, dan sekresi keringat.
· Sistem Saraf Sadar
Sistem saraf sadar disusun oleh saraf otak (saraf kranial),
yaitu saraf-saraf yang keluar dari otak, dan saraf sumsum tulang belakang,
yaitu saraf-saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang.
Saraf otak ada 12 pasang yang terdiri dari:
-
Tiga pasang saraf sensori
-
Lima pasang saraf motor
-
Empat pasang saraf gabungan sensori dan motor
· Saraf Otonom
Sistem saraf otonom disusun oleh
serabut saraf yang berasal dari otak maupun dari sumsum tulang belakang dan
menuju organ yang bersangkutan. Dalam sistem ini terdapat beberapa jalur dan
masing-masing jalur membentuk sinapsis yang kompleks dan juga membentuk
ganglion. Urat saraf yang terdapat pada pangkal ganglion disebut urat saraf pra
ganglion dan yang berada pada ujung ganglion disebut urat saraf post ganglion.
Sistem saraf otonom dapat dibagi
atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Perbedaan struktur
antara saraf simpatik dan parasimpatik terletak pada posisi ganglion. Saraf
simpatik mempunyai ganglion yang terletak di sepanjang tulang belakang menempel
pada sumsum tulang belakang sehingga mempunyai urat pra ganglion pendek,
sedangkan saraf parasimpatik mempunyai urat pra ganglion yang panjang karena
ganglion menempel pada organ yang dibantu. Fungsi sistem saraf simpatik dan
parasimpatik selalu berlawanan (antagonis).
6. Sistem Reproduksi
Umumnya bunglon berkembang biak
dengan bertelur (ovivar), tetapi ada juga spesies bunglon yang bertelur dalam
perut dan membesarkan anaknya di dalam perut sebelum dilahirkan
(ovovivivar). Spesies bunglon yang bertelur memiliki telur setelah 3-6
minggu setelah kawin. Bunglon betina akan turun ke tanah dan mulai menggali lubang
antara 10-30 cm tergantung spesies bunglon. Bunglon betina akan masuk ke dalam
liang tersebut untuk bertelur.
Spesies bunglon Brookesia bertelur 2-4 butir,
Sedangkan spesies bunglon berkudung (Chamaeleo calyptratus) memiliki 80-100
telur. Ukuran telur dan bayi bunglon yang baru menetas bervariasi tergantung
spesies. Biasanya telur akan menetas setelah 4-12 bulan bergantung spesiesnya.
Spesies bunglon yang bertelur beranak (ovovivivar) seperti bunglon Jackson
(Trioceros jacksonii) memiliki masa kehamilan 5-7 bulan. Masing-masing anak
akan lahir dalam membran lengket yang merupakan kantong kuning telur. Induknya
akan menempelkan telur tersebut pada ranting dimana membran akan pecah dan bayi
bunglon bisa keluar. Spesies bunglon ini bisa memiliki 30 ekor anak sekaligus
sekali kehamilan.
7. Sistem
Integument
Sistem integument pada Bunglon umumnya
tidak mengandung kelenjar keringat. Integument adalah jaringan penutup
permukaan, seperti kulit dan mukosa. Lapisan terluar dari integument yang
menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati,
dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami
keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada
calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini
dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar
karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini
relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum.
Berikut ini gambaran dari
organ-organ tubuh dan organ pertulangan yang ada pada tubuh Bunglon :
Anantomi
|
D.
Habitat dan
Keistimewaan
Bunglon kerap ditemukan di semak, perdu dan pohon-pohon peneduh di kebun dan pekarangan. Sering pula didapati terjatuh dari
pohon atau perdu ketika mengejar mangsanya, namun dengan segera berlari menuju
pohon terdekat. Bunglon ini menyebar di pulau-pulau Jawa, Borneo, Bali, Singkep, Sulawesi, Karakelang, kepulauan Salibabu, dan Filipina.
Hewan kecil ini
terkenal karena kemampuannya mengubah warna kulit untuk meniru lingkungan
sekitarnya. Warna kulit bunglon biasanya hijau, kuning atau coklat. Bunglon
dapat mengubah warna kulitnya. Bunglon biasanya mengubah warna kulitnya saat
terkena rangsangan seperti cahaya, temperatur dan emosi. Misalnya saat marah
bunglon cenderung mengubah warna kulitnya menjadi lebih gelap. Kemampuan
mengubah warna kulit dimanfaatkan bunglon untuk mencari mangsa dan melindungi
diri dari predator (pemangsa) dengan cara meniru warna lingkungan di sekitarnya.
Penyebab Bunglon merubah warna kulit, yaitu :
1. Sinar
Matahari
Ketika
chameleon coklat ingin berjemur di bawah sinar matahari, maka si chameleon akan
mengubah warna kulitnya menjadi hijau untuk memaksimalkan refleksi sinar
matahari yang didapat.
2. Suhu
Ketika suhu dingin,
kulit chameleon akan berubah berwarna lebih gelap untuk memaksimalkan penyerapan panas.
3. Mood
Chameleon jantan yang
'ditantang' chameleon lain bisa berubah warna menjadi merah kekuningan. Atau ketika si chameleon 'fall
in love', bisa juga warnanya berubah untuk menarik perhatian, misalnya ungu,
biru dan kemerahan. Bunglon memang memiliki kemampuan untuk mengubah warna
kulitnya. Tetapi, bunglon tidak bisa berubah kulit ke semua warna, melainkan
hanya ke warna-warna tertentu saja.
Bunglon memiliki lidah balistik bunglon diperkuat oleh
seutas otot pemercepat (akselerator). Otot ini memanjang ketika menekan
ke bawah pada tulang lidah, yang berupa tulang rawan kaku di tengah lidah, yang
membungkusnya. Akan tetapi, dalam sebuah penelitian yang telah disetujui
untuk diterbitkan oleh majalah ilmiah Proceedings of the Royal Society of
London (Series B), dua ahli morfologi yang memelajari kebiasaan makan
bunglon menemukan unsur-unsur lain yang terkait dengan gerakan cepat lidah
binatang ini.
Kedua peneliti Belanda ini, Jurriaan de Groot dari
Universitas Leiden, dan Johan van Leeuwen dari Universitas Wageningen,
mengambil film-film sinar X berkecepatan tinggi, yakni 500 bingkai per detik,
dalam rangka menyelidiki bagaimana lidah bunglon bekerja ketika menangkap
mangsa. Film-film ini menunjukkan bahwa ujung lidah bunglon mengalami
percepatan 50 g (g = konstanta gravitasi). Percepatan ini lima kali
lebih besar daripada yang dapat dicapai oleh sebuah jet tempur.
Para peneliti ini membedah jaringan lidah dan menemukan
bahwa otot pemercepat sama sekali tidak cukup kuat untuk menghasilkan gaya yang
diperlukan ini sendirian. Dengan meneliti lidah bunglon, mereka menemukan
keberadaan sedikitnya 10 bungkus licin, yang hingga saat itu belum diketahui,
di antara otot pemercepat dan tulang lidah. Bungkus-bungkus ini, yang
melekat ke tulang lidah di ujungnya yang terdekat dengan mulut, teramati
mengandung serat-serat protein berajutan spiral. Serat-serat ini memadat
dan berubah bentuk ketika otot pemercepat mengerut dan menyimpan tenaga
bagaikan seutas pita karet yang tertekan. Ketika mencapai ujung bulat
tulang lidah, bungkus-bungkus yang ketat dan memanjang ini secara bersamaan
menggelincir dan mengerut dengan kekuatan dan melontarkan lidah. Secepat
serat-serat ini menggelincir dari tulang lidah, bungkus-bungkus saling
memisahkan diri bagaikan tabung-tabung sebuah teleskop, dan karena itu lidah
mencapai jangkauan terjauhnya. Van Leeuwen berkata, “ini adalah ketapel
teleskopis”. Ketapel ini memiliki ciri lain yang amat menyolok. Ujung
lidah mengambil bentuk hampa pada saat menghantam mangsa. Ketika
terlontar, lidah ini dapat menjulur sejauh enam kali panjangnya ketika
istirahat di dalam mulut, dan dua kali panjang tubuhnya sendiri.
E.
Bunglon dalam perspektif Islam
Hewan-hewan yang ada dimuka bumi ini
diciptakan oleh Allah SWT, dari air, seperti yang dijelaskan didalam al-qur’an QS.
An Nuur : 45
“Dan
Allah telah menciptakan semua jenis hewan dari air, maka sebagian dari hewan
itu ada yang berjalan di atas perutnya (reptil) dan sebagian berjalan dengan dua
kaki sedang sebagian (yang lain) berjalan dengan empat kaki. Allah menciptakan
apa yang dikehendaki-Nya, sesungguhnya Allah Maha Kuasa atas segala sesuatu.”
Bunglon merupakan hewan yang
haram untuk dimakan karena memiliki kuku yang cukup runcing serta gigi-gigi
yang berbentuk taring. HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 2111) menjelaskan
bahwa :
Dari ‘Abdullah bin ‘Abbas radhiyallaahu
‘anhumaa, Bahwasanya Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam melarang
dari setiap hewan buas yang bertaring dan dari setiap burung yang bercakar
(yakni untuk dimakan) (HR. Ahmad dalam Al-Musnad no. 2111).
Dikeluarkan
oleh Imam Al Bukhari dalam Kitab Khabarul Ahad, Bab Khobarul
Mar’ah Waahidah,
“Abdullah Bin Umar Radhiyallahu
‘anhuma berkata: “Orang-orang
dari kalangan sahabat Nabi Shallallahu’alaihi wasallam yang di antara mereka terdapat Sa’ad makan
daging. Kemudian salah seorang isteri Nabi Shallallahu’alaihi
wasallam memanggil mereka seraya
berkata, ‘Itu daging Biawak, bunglon, buaya (hewan reptile)’. Mereka pun
berhenti makan. Maka Rasulullah Shallallahu’alaihi
wasallam bersabda: “Makanlah,
karena daging itu halal atau beliau bersabda: “tidak mengapa dimakan, akan
tetapi daging hewan itu bukanlah makananku“.
Hadits diatas merupakan salah satu hadits yang menerangkan tentang
kehalalan hewan dhab (hewan gurun pasir) sehingga tidak ada keraguan lagi pada
diri kita akan kehalalannya. Namun, yang menjadi masalah adalah banyak sebagian
dari kita yang menterjemahkan dhab dengan biawak, buaya ataupun bunglon
sehingga konsekwensinya mereka menghalalkan pula memakan hewan-hewan tersebut.
Untuk membedakan antara dhab dan hewan reptile lainnya. Berikut
karakteristik hewan dhab menurut para ulama:
1.
Bentuk tubuhnya
-
Bentuk tubuh dhab hampir mirip
dengan biawak, bunglon dan tokek.
-
Ukuran tubuhnya lebih kecil dari
biawak dan agak lebih besar dari bunglon.
-
Dhab itu berekor kasar (mirip duri
duren), kesat dan bersisik seperti bunglon. Ekornyapun tidak terlalu panjang.
-
Dhab jantan memiliki dua dzakar dan dhab
betina memiliki dua vagina.
2.
Warnanya
warna
tubuhnya mirip dengan warna tanah, berdebu kehitam-hitaman (apabila telah gemuk
maka dadanya menjadi berwarna kuning).
3.
Makanannya
-
Rerumputan
-
Jenis-jenis
belalang
-
Dhab tidak
memangsa dan memakan hewan lain (selain belalang), bahkan Ibnu Mandzur
mengatakan bahwa dhab tidak mau memakan kutu.
4. Tempat Hidupnya
Dhab hanya
tinggal digurun pasir. Mereka tidak bisa tinggal dirawa-rawa ataupun dipohon
5.
Sifatnya
-
Sebagaimana
dijelaskan diatas bahwa dhobb tidak memangsa hewan lain kecuali hanya
jenis-jenis belalang, maka kami katakan dhab bukanlah hewan buas dan tidak pula
membahayakan, berbeda sekali dengan biawak yang sudah kita kenal.
-
Dhab tidak suka
dengan air, berbeda sekali dengan biawak yang jago berenang dan menyelam dalam
mencari mangsa sehingga terkenal menjadi musuh para petani ikan.
-
Dikatakan pula
bahwa dhab tidak meminum air secara langsung. Dhab hanya meminum embun dan air
yang terdapat di udara yang dingin. Apabila Orang Arab menggambarkan
keengganannya dalam melakukan seseuatu maka mereka berkata: “Aku tidak akan
melakukannya sampai dhab mendatangi air”.
-
Dhab tidak
pernah keluar dari lubangnya selama musim dingin.
6.
Bangsa Arab memandang dhab
Orang arab suka memburu dhab dan menyantapnya sebagai makanan namun mereka merasa jijik terhadap biawak, buaya dan
bunglon dan menggolongkannya ke dalam hewan yang menjijikan.
Dari beberapa ciri hewan dhab sebagaimana yang disebutkan diatas, memang
ada kemiripan bentuk tubuh antara dhab dengan biawak, buaya, dan bunglon namun
pada banyak hal terdapat banyak sekali perbedaan antara hewan-hewan reptile tersebut.
Bunglon Berbeda dengan dhabb yang telah datang dalil tentang kehalalan
dagingnya, bunglon justru memiliki hukum kebalikan dari dhabb, yakni daging
bunglon tidak halal untuk dikonsumsi. Karena bunglon tergolong kepada binatang
yang berkuku dan bertaring maka bunglon tercakup masuk kepada larangan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
BAB
III
Kesimpulan
Bunglon
merupakan hewan reptile yang eksotis dan terkenal yang biasa hidup diatas
pohon, hewan ini memiliki nama ilmiah Bronchocela jubata hewan ini memiliki kemampuan
untuk mengubah warna kulitnya menjadi serupa dengan warna
lingkungan sekitarnya, sehingga keberadaannya tersamarkan. Fungsi penyamaran
demikian disebut mimikri. Hal ini berbeda dengan "kamuflase", yakni penyamaran bentuk atau warna hewan yang menyerupai makhluk
hidup lain. Namun sayang hewan ini
tidak bisa untuk kita konsumsi karena diharamkan dalam pandangan perspektif
islam. Alasan diharamkannya hewan ini karena hewan ini termasuk hewan melata,
dan hampir semua hewan melata diharamkan. Bunglon Berbeda dengan dhabb
(Bianatang gurun pasir) yang telah datang dalil tentang kehalalan dagingnya,
sedangkan bunglon justru memiliki hukum kebalikan dari dhabb, yakni daging
bunglon tidak halal untuk dikonsumsi. Karena bunglon tergolong kepada binatang
yang berkuku dan bertaring maka bunglon tercakup masuk kepada larangan
Rasulullah shallallaahu ‘alaihi wasallam.
DAFTAR PUSTAKA
Al-Qur’an Surah, An Nuur : 45
Brotowidjoyo, Djarubito Mukayat.1994. ZoologiI
Dasar.Bandung: Erlangga.
Kurniati. Tuti dkk. 2009. Zoologi Vertebrata. Bandung : UIN SGD
Tidak ada komentar:
Posting Komentar